11 September 2009

Perjalanan Sebutir Debu

Perjalanan Sebutir Debu *
Dr. Ali Syariati
Hanya satu yang ada
Selain satu, tiada
Selain Tuhan
Tak sesuatupun ada
Tak seorangpun ada

Tuhan maha esa, tuhan maharamah, tuhan mahabijak, tuhan cinta keindahan, tuhan cinta kebaikan, tuhan cinta puja-puji, tuhan benci kesenyapan, tuhan benci kejumudan, tuhan benci kerusakan.

Tuhan adalah pencipta, mungkinkah dia tidak mencipta?, lihat!... dia ciptakan awan, dia bebaskan agar mengapung diangkasa, awan-awan dari partikel-partikel. Setiap partikel, adalah semesta alit bernama atom, ditengah-tengahnya ada mentari, dalam orbitnya, bintang-bintang dan kunang-kunang berputaran

Dari batu hitam ke batu hitam, lahirlah kehidupan, tetumbuhan, dari lumut hingga beringin, Dan hewan, dari mikroba hingga gajah, akhirnya manusia. Yang jahat dan yang baik. Jahat, paling jahat dari semua yang jahat. Baik, paling baik dari semua yang baik, kejahatan seperti iblis, kebaikan seperti tuhan.


Kehidupan, partikel alit yang hidup, sebuah benih, benih tanaman, tumbuh dibumi, mencuat, matang, menjadi pohon, merentang cabang, menjulur dedaunan, memekarkan bunga, memberikan buah, menua, mengering, mati dan akhirnya kembali menjadi debu, meninggalkan benih, persis saat permulaannya. Bibit hewan. lahir sebagai bayi, anak-anak, meremaja, mendewasa, menua, merenta, mati. Lagi, bibit-bibit tertinggal peris saat permulaannya, kehidupan berjalan melingkar, benih tanaman, bibit hewan, dari fajar kelahiran hingga debu kematian. Menempuh siklus yang sempurna, dalam gerak-hidup perjuangan, setiap detik suatu tempat, setiap tempat suatu keadaan, mencari penyempurnaan, dicakup kebutuhan-kebutuhan dari kelahiran hingga kematian.

Dunia ini diciptakan, partikel, semesta, mahluk hidup, bumi dan langit, bintang dan mentari, timur dan barat, tumbuhan, hewan, segala yang tampak, segala yang tak tampak, masing-masing dalam gerak, pergumulan, semua dalam keselarasan yang lestari, dalam perubahan yang berkesinambungan, kehidupan menyembul dari kematian, kematian lahir dari kehidupan, siang menyembul dari malam, malam lahir dari siang, segala sesuatu dalam gerak, segala sesuatu berputar, mentari berada ditengah-tengahnya, dalam orbitnya, sebuah bintang, bintang-bintang berputaran.

Dulu kau hanyalah debu, lalu menjelma menjadi makanan, sesuap dimulut bapakmu, sesuap dimulut ibumu, partikel dalam rahim ibumu, partikel dalam kandung-mani bapakmu, bapak dan ibumu menikah, partikel itu dan partikel ini menyatu, lalu menjelmalah engkau, dalam rahim ibumu, seperti telur dalam rahim ayam, dengan kehangatan tubuh ibumu, darahnya beredar disekujur tubuhmu, kau terwujud, kau terbentuk, bagai ayam didalam telur dalam eraman induknya, sembilan bulan, sembilan hari, sembilan jam berlalu, ibumu merasakan kesakitan, kau retakkan dinding telur, kau menyembul, kau jatuh dalam buaian, matamu tidak dapat melihat, telingamu tidak dapat mendengar, kakimu tidak dapat menyangga tubuhmu, tanganmu tak mampu menggapai sesuatu, pikiranmu tidak bekerja, kau tak memahami apapun, kau tidak mengenal siapapun, kau jatuh dalam buaian, kau hanya tahu tiga hal:

Menyusu.... mengompol.... menangis

Seratus tahun berlalu.... matamu tak dapat melihat, telingamu tak dapat mendengar, kakimu tidak dapat berjalan, pikiranmu tidak bekerja, kau tak memahami apapun, kau tak mengenal siapapun, kau tergolek ditempat tidur, kau hanya tahu bagaimana melakukan tiga hal:

......!, .......!, ........!

Tiba-tiba kau mati, kau kecemplung kedalam rahim bumi, sekali lagi, kau menjelma debu, tiada apapun tersisa darimu, kecuali bahwa kau tetap ada!

Manusia beredar, Seperti bumi, waktu, musim semi, seperti setiap sesuatu; air, bunga, pohon, bumi, mentari, galaksi, semesta yang berputar, Kau bukanlah apa-apa, kau hanya debu, kau beredar, kau tak menjadi apapun, kau hanya menjadi debu, apa yang tertingal darimu?, yang tertinggal adalah kesalehan yang kau kerjakan, yang tertinggal adalah setiap kebaikan yang kau kerjakan (untuk manusia).

Sebentuk ka’bah: para peziarah mengelilinginya.

*) Puisi ini merupakan penggalan dari puisi Dr. Ali Syariati. Dilain kesempatan akan saya akan menuliskannya kembali secara lengkap.


Komentar :

ada 0 Komentar ke “Perjalanan Sebutir Debu”

Posting Komentar