05 April 2008

Menyusuri Asal Mula Manusia Indonesia

ADA revolusi yang lebih hebat dari kemajuan teknologi informasi. Revolusi yang bisa mengalahkan segala teori tentang peradaban manusia di masa lalu. Sekaligus revolusi besar di bidang kesehatan dan kedokteran yang memungkinkan sebuah penyakit bisa ditanggulangi sebelum sempat mewabah. Itulah revolusi genom.

Memang sangat disayang-kan bahwa pada saat dunia pengetahuan sedang heboh dengan revolusi genom, justru bertepatan dengan saat terjadinya krisis politik dan ekonomi di Indonesia. Inilah sebuah kendala yang menyebabkan Indonesia sedikit tertinggal di bidang genom dibanding dengan negara Asia lain seperti Jepang dan Cina.

Bermula di Afrika

Adalah Alan Wilson yang mempelopori pemanfaatan variasi DNA mitokondria dalam penelitian sejarah asal-usul manusia di Amerika Serikat pada tahun 1980-an. Dengan membandingkan DNA mitokondria dari sekitar 150 individu yang berasal dari benua Afrika, Asia, Eropa dan Australia, kelompok peneliti ini berkesimpulan bahwa hanya ada satu pohon filogenetik DNA mitokondria, yaitu Afrika. Hasil ini menunjukan bahwa manusia modern (Homo sapien sapiens) berasal dari Afrika sekitar 150.000-200.000 tahun lampau. Migrasi manusia modern yang keluar dari Afrika diperkirakan terjadi sekitar 100.000 tahun lalu.

Implikasi penting dari hasil penelitian diatas adalah teori yang mengatakan bahwa manusia modern berkembang di beberapa penjuru dunia secara terpisah (multi origin) menjadi lemah. Manusia purba yang fosilnya ditemukan di berbagai situs di Jawa (Homo erectus) dan di Cina (Peking Man) tidak memberi kontribusi terhadap perkembangan manusia modern di Asia Timur. Homo sapiens pertama kali menjejakkan kaki di kepulauan Nusantara sekitar 60.000 tahun lampau. Manusia purba Homo erectus yang hidup di Jawa sejuta tahun lalu merupakan missing link dalam evolusi.

Tak ada kaitan antara mereka dengan manusia Jawa Modern yang hidup saat ini. Saat Homo sapiens mendarat di kepulauan Nusantara, pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan masih tergabung dengan daratan Asia sebagai sub-benua Sundaland. Sedangkan pulau Papua saat itu masih menjadi satu dengan benua Australia sebagai Sahulland.

Jika kita lihat penduduk kepulauan Nusantara saat ini, paling tidak ada 50 populasi etnik yang mendiaminya, dengan karakteristik budaya dan bahasa tersendiri. Sebagian besar dari populasi ini, dengan ciri fisik Mongoloid, mempunyai bahasa yang tergolong dalam satu keluarga atau filum bahasa, yaitu bahasa-bahasa Autronesia yang menunjukan mereka berasal dari satu nenek moyang. Sedangkan di Indonesia bagian timur dan Irian terdapat satu populasi dengan bahasa-bahasa yang tergolong dalam berbagai bahasa Papua.

Lalu darimanakah asal populasi Autronesia ini? Berdasar bukti arkeologi menunjukan bahwa budaya neolitik dimulai sekitar 5000 tahun lalu di kepulauan Nusantara. Bersamaan dengan budaya baru ini bukti antropologi menunjukan munculnya juga manusia dengan ciri fisik Mongoloid. Populasi Mongoloid ini menyebar ke segala penjuru kawasan Nusantara sekitar 5000 sampai 3000 tahun lalu dengan membawa bahasa Austronesia dan teknologi pertanian.

Populasi Indonesia

Pohon filogenetik yang dibangun berdasar keanekaragaman DmtDNA dari berbagai populasi Indonesia tersebut menunjukkan dengan jelas adanya struktur pengelompokan populasi. Pertama, populasi berbahasa papua dari Alor dan Papua Barat membentuk satu kelompok. Sedangkan populasi berbahasa Austronesia membentuk kelompok lain. Pada kelompok Austronesia ini terlihat adanya pengelompokan tambahan, Indonesia barat seperti populasi Batak, Jawa, Minang dan Melayu membentuk satu kelompok. Sedangkan populasi Indonesia timur seperti Sasak, Makasar, Bugis, Waingapu dan Sumbawa membentuk kelompok lain lagi. Uniknya ternyata populasi Nias membentuk cabang sendiri pada pohon filogenetik.

Hipotesa alternatif yang menjadi fokus penelitian adalah bahwa nenek moyang Austronesia berasal dari daratan Sundaland yang tenggelam pada akhir zaman es. Ini masih menjadi sebuah missing link yang menjadi misteri. Kendala besar dalam pembuktian hipoteses Sundaland sebagai tanah asal Austronesia adalah kenyataan bahwa sebagian besar bukti arkeologi telah hilang bersama dengan daratan Sundaland.

Bersama Pusat Arkeologi nasional, ilmuwan Lembaga Eijkman yang dimotori oleh Sangkot telah berhasil meneliti kerangka berumur 2000-30000 tahun. Penelitian DNA purba dari situs Plawangan di Jawa Tengah dan Gilimanuk Bali menunjukan bahwa manusia Indonesia yang hidup di kedua situs tersebut telah berkerabat secara genetik sejak 2000-3000 tahun lalu. Pada kenyataannnya hingga sekarang populasi manusia Bali dan Jawa masih memiliki kekerabatan genetik yang erat hingga sekarang.

Komentar :

ada 3 Komentar ke “Menyusuri Asal Mula Manusia Indonesia”
Unknown mengatakan...
pada hari 

salut dengan goggle, tentang elmu pengetahuan-nya.....

Unknown mengatakan...
pada hari 

ok deh goggle zayang

Unknown mengatakan...
pada hari 

embo

Posting Komentar